Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2021

Hermus Indou dari Penggembala Sapi Menjadi Bupati

Tak ada yang menduga ketika seorang penggembala sapi bahkan pembantu penjual pisang goreng dan penjual es lilin di sekolah, kini menjadi seorang Bupati? Ya, dialah Hermus Indou, yang saat ini menjadi Bupati Kabupaten Manokwari periode 2021-2024.  “Saat masih kecil dulu, saya menjadi penggembala sapi, juga menjadi tukang pegang termos air panas dari penjual pisang goreng yang menjual es lilin di SMP Negeri Warmare,” cerita Bupati Manokwari, Hermus Indou tentang masa kecilnya.  Tak hanya itu, ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Manokwari, Hermus Indou menjadi pesuruh dari teman-teman sekolahnya untuk membeli sesuatu di luar sekolah. “Saya biasa disuruh teman-teman untuk beli pisang goreng. Setelah beli pisang goreng itu, saya juga dapat jatah, sehingga bisa makan pisang goreng juga,” kenangnya. Hal ini dilakukan Hermus Indou muda, agar dirinya tidak kelaparan di sekolah. Karena pada masa itu, adalah masa-masa yang sangat sulit baginya untuk mendapatkan uang, apala

Jangan Sampai “Paitua di Atas” Marah “ - Sebuah Pelajaran dari Malaumkarta

Sorong,- Kalimat “Paitua di Atas” berulang kali diucapkan Keliopas Kalami, pemuda asli suku Moi yang mendiami Kampung Malaumkarta. “ Kalau barang itu Pendeta sudah berdoa, baru ko langgar, berarti nanti ko berurusan dengan Paitua di Atas,” seperti itulah kira-kira cuplikan singkat dari beberapa pernyataan Keliopas Kalami, saat diskusi bersama sejumlah pejabat dari Dinas Kehutanan Provinsi Papua Barat dan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Papua Barat saat mengikuti Fieldtrip Econusa, di Pantai Malaumkarta,Sabtu(20/3/2021). Kalimat “ Paitua di Atas” merupakan istilah yang umum dipakai warga setempat untuk merujuk kepada Tuhan Allah di Sorga (Kepercayaan Iman Kristen). Jadi ketika ada warga setempat yang mengalami sakit bahkan sampai meninggal, dipercayai sebagai bagian dari kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa/Tuhan Allah di Sorga/ Paitua di Atas. Artinya siapa saja yang merusak alam ciptaan Tuhan, dipercaya akan menerima sanksi dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Kampung Kwowok , Ekonomi Sagu dan Hubungannya Dengan Alam

Pagi itu, Jumat(21/11/2020), Mama Nelce Srekeflat dan suaminya Simson Sagisolo ditemani anaknya yang bungsu sekitar 10 tahun menyusuri jalan raya dari Kampung Kwowok menuju pertigaan Kampung Sira dan Manggroholo. Mereka berjalan kaki sejauh 3 kilometer di atas jalan yang sebagiannya dari timbunan karang dan sebagian lagi dari rabat beton. Ditemani seorang Pemuda kampung bernama Agus Wagarefe, kami mengikuti perjalanan keluarga ini selama 30 menit menuju pertigaan Sira Manggroholo. Sebelumnya saya berada di Kampung Kwowok Distrik Saifi Kabupaten Sorong Selatan untuk mencari jaringan internet, dan akan kembali ke tempat tinggal saya di Kampung Sira yang tidak ada jaringan internetnya. Sedangkan Bapak Simson Sagisolo dan istrinya, berjalan ke pertigaan Sira dan Manggroholo mencari mobil angkutan umum (taxi) untuk mengangkut sagu dari kampungnya ke Pasar Ampera Teminabuan. “ Sopir-sopir dong tidak mau masuk ke Kampung Kwowok, karena jalan masih rusak, kecuali kalau orang pake (carter),