Skip to main content

Hermus Indou dari Penggembala Sapi Menjadi Bupati

Tak ada yang menduga ketika seorang penggembala sapi bahkan pembantu penjual pisang goreng dan penjual es lilin di sekolah, kini menjadi seorang Bupati? Ya, dialah Hermus Indou, yang saat ini menjadi Bupati Kabupaten Manokwari periode 2021-2024.  “Saat masih kecil dulu, saya menjadi penggembala sapi, juga menjadi tukang pegang termos air panas dari penjual pisang goreng yang menjual es lilin di SMP Negeri Warmare,” cerita Bupati Manokwari, Hermus Indou tentang masa kecilnya.  Tak hanya itu, ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Manokwari, Hermus Indou menjadi pesuruh dari teman-teman sekolahnya untuk membeli sesuatu di luar sekolah. “Saya biasa disuruh teman-teman untuk beli pisang goreng. Setelah beli pisang goreng itu, saya juga dapat jatah, sehingga bisa makan pisang goreng juga,” kenangnya. Hal ini dilakukan Hermus Indou muda, agar dirinya tidak kelaparan di sekolah. Karena pada masa itu, adalah masa-masa yang sangat sulit baginya untuk mendapatkan uang, apala

Ingin Sepakbola di Manokwari Kembali Bergairah, Perseman All Star Berkumpul di Borarsi

Manokwari,- Sepakbola di Tanah Papua sebenarnya bukan hanya bicara soal kebugaran, bukan soal prestasi, bukan soal sejarah, bukan soal uang dan bukan soal ketenaran. Tapi bicara sepakbola di Tanah Papua adalah bicara soal identitas, jati diri dan harga diri anak-anak yang lahir di Tanah Papua.

Karena itu, ketika gema sepakbola sudah tidak terdengar lagi dalam beberapa tahun di Kota Manokwari, tempat kelahiran salah satu bintang sepakbola  Papua dan Nasional Adolof Kabo, orang sejagat Manokwari Raya bertanya-tanya, ada apa dengan Perseman? kenapa sepakbolanya tak terdengar lagi? kemana orang-orang yang mengurus sepakbola di Manokwari? dan berbagai pertanyaan lainnya.

Hal ini kemudian mengusik dan sangat mengganggu telinga mantan-mantan pemain Perseman Manokwari. Melalui Paulus Krey, Elisa Anderi, Ferry Hurulean, Marchell Brian Rumaikewi dan sejumlah mantan pemain Perseman, kemudian menginisiasi pertemuan kecil di pinggir lapangan Borarsi Manokwari, kemudian berlanjut pada pertemuan di pinggir lapangan Stadion Sanggeng. Dua lapangan yang paling akrab di telinga pecinta sepakbola Manokwari Raya.

Dari pertemuan-pertemuan kecil itu, kemudian berlanjut dengan pertandingan persahabatan dengan adik-adik Remaja Borarsi, di lapangan Borarsi, Sabtu(15/8/2020). Sebenarnya pertandingan persahabatan ini hanya alat atau sarana yang dipakai, agar mantan-mantan pemain Perseman bisa kumpul. Walaupun tidak semuanya berkumpul, tapi dengan 16 mantan pemain Perseman yang hadir sore itu, telah menjadi pemicu dan titik start untuk mulai membahas dan menggerakan olahraga Sepakbola di Kota Manokwari.

Usai pertandingan persahabatan itu, dalam kegelapan di lapangan Borarsi  para mantan pemain perseman itu kemudian duduk melingkar dan berdiskusi.  Dari hasil diskusi dan masukan sejumlah mantan pemain perseman, disepakati untuk melakukan pertemuan rutin setiap Sabtu atau Minggu dengan bermain bola.

" Yang penting itu kita rutin kumpul dulu, nanti setelah itu baru kita bahas rencana selanjutnya itu apa? dan apa yang akan kita lakukan atau kerjakan," ujar Paulus Krey.

Paulus juga menyarankan agar komunitas ini tak hanya terbatas pada mantan pemain Perseman, tapi terbuka bagi semua pemerhati sepakbola di Kota Manokwari. Intinya para mantan pemain Perseman dan pemerhati sepakbola lainnya  mulai kumpul-kumpul dulu, cari keringat sebentar, lalu saat istirahat kita diskusi santai. Nanti dari diskusi santai pada setiap pertemuan rutin itu, barulah pada satu titik akan bergerak melakukan sesuatu. 

Tentunya semua berharap sepakbola manokwari kembali bergairah. Kiranya keprihatin para mantan pemain Perseman Manokwari ini dapat mengusik Pemerintah Daerah untuk menseriusi hal ini. Ini bukan soal uang, tapi soal jati diri dan harga diri. Kenapa Perseman dan kompetisinya bisa berjaya pada jaman sebelum Otsus yang uangnya kurang, justru terjadi sebaliknya pada jaman Otsus yang melimpah dengan uang? Mari kitong pikir sama-sama, Salam! (Abe Yomo)

Comments

Popular posts from this blog

Tampil Pada Iven Internasional, Dampaknya Besar Bagi Pembangunan Papua

Penjabat Gubernur Provinsi Papua,DR.Drs. Syamsul Arief Rivai,MS  , ketika menyaksikan tarian Yospan yang ditampilkan anak-anak Papua di pameran Pariwisata Internasional ITB Berlin Berlin- Menampilkan budaya dan potensi alam Papua di Ivent Internasional mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat besar untuk pembangunan Papua ke depan. Demikian diungkapkan  Penjabat Gubernur Provinsi Papua,DR.Drs. Syamsul Arief Rivai,MS usai menyaksikan tarian Yospan yang ditampilkan mahasiswa-mahasiswa Papua pada  pameran Pariwisata Internasional ITB Berlin,di Messe Berlin, Jerman, Sabtu(10/3). “ Bukan saja untuk orang Papua, tetapi menunjukkan kepada dunia, bahwa salah satu Provinsi di Indonesia yaitu Provinsi Papua mempunyai sumber daya budaya yang teramat sangat besar dan itu yang akan kita jadikan sebagai entry point dalam rangka membangun karakter anak-anak Papua agar bisa menjadi harapan Papua di masa yang akan datang,” tandas Penjabat Gubernur Provinsi Papua ini. Kata Gubernur, bahwa dalam

Kampung Kwowok , Ekonomi Sagu dan Hubungannya Dengan Alam

Pagi itu, Jumat(21/11/2020), Mama Nelce Srekeflat dan suaminya Simson Sagisolo ditemani anaknya yang bungsu sekitar 10 tahun menyusuri jalan raya dari Kampung Kwowok menuju pertigaan Kampung Sira dan Manggroholo. Mereka berjalan kaki sejauh 3 kilometer di atas jalan yang sebagiannya dari timbunan karang dan sebagian lagi dari rabat beton. Ditemani seorang Pemuda kampung bernama Agus Wagarefe, kami mengikuti perjalanan keluarga ini selama 30 menit menuju pertigaan Sira Manggroholo. Sebelumnya saya berada di Kampung Kwowok Distrik Saifi Kabupaten Sorong Selatan untuk mencari jaringan internet, dan akan kembali ke tempat tinggal saya di Kampung Sira yang tidak ada jaringan internetnya. Sedangkan Bapak Simson Sagisolo dan istrinya, berjalan ke pertigaan Sira dan Manggroholo mencari mobil angkutan umum (taxi) untuk mengangkut sagu dari kampungnya ke Pasar Ampera Teminabuan. “ Sopir-sopir dong tidak mau masuk ke Kampung Kwowok, karena jalan masih rusak, kecuali kalau orang pake (carter),