Karena itu, ketika gema sepakbola sudah tidak terdengar lagi dalam beberapa tahun di Kota Manokwari, tempat kelahiran salah satu bintang sepakbola Papua dan Nasional Adolof Kabo, orang sejagat Manokwari Raya bertanya-tanya, ada apa dengan Perseman? kenapa sepakbolanya tak terdengar lagi? kemana orang-orang yang mengurus sepakbola di Manokwari? dan berbagai pertanyaan lainnya.
Hal ini kemudian mengusik dan sangat mengganggu telinga mantan-mantan pemain Perseman Manokwari. Melalui Paulus Krey, Elisa Anderi, Ferry Hurulean, Marchell Brian Rumaikewi dan sejumlah mantan pemain Perseman, kemudian menginisiasi pertemuan kecil di pinggir lapangan Borarsi Manokwari, kemudian berlanjut pada pertemuan di pinggir lapangan Stadion Sanggeng. Dua lapangan yang paling akrab di telinga pecinta sepakbola Manokwari Raya.Dari pertemuan-pertemuan kecil itu, kemudian berlanjut dengan pertandingan persahabatan dengan adik-adik Remaja Borarsi, di lapangan Borarsi, Sabtu(15/8/2020). Sebenarnya pertandingan persahabatan ini hanya alat atau sarana yang dipakai, agar mantan-mantan pemain Perseman bisa kumpul. Walaupun tidak semuanya berkumpul, tapi dengan 16 mantan pemain Perseman yang hadir sore itu, telah menjadi pemicu dan titik start untuk mulai membahas dan menggerakan olahraga Sepakbola di Kota Manokwari.
Usai pertandingan persahabatan itu, dalam kegelapan di lapangan Borarsi para mantan pemain perseman itu kemudian duduk melingkar dan berdiskusi. Dari hasil diskusi dan masukan sejumlah mantan pemain perseman, disepakati untuk melakukan pertemuan rutin setiap Sabtu atau Minggu dengan bermain bola." Yang penting itu kita rutin kumpul dulu, nanti setelah itu baru kita bahas rencana selanjutnya itu apa? dan apa yang akan kita lakukan atau kerjakan," ujar Paulus Krey.
Paulus juga menyarankan agar komunitas ini tak hanya terbatas pada mantan pemain Perseman, tapi terbuka bagi semua pemerhati sepakbola di Kota Manokwari. Intinya para mantan pemain Perseman dan pemerhati sepakbola lainnya mulai kumpul-kumpul dulu, cari keringat sebentar, lalu saat istirahat kita diskusi santai. Nanti dari diskusi santai pada setiap pertemuan rutin itu, barulah pada satu titik akan bergerak melakukan sesuatu.
Tentunya semua berharap sepakbola manokwari kembali bergairah. Kiranya keprihatin para mantan pemain Perseman Manokwari ini dapat mengusik Pemerintah Daerah untuk menseriusi hal ini. Ini bukan soal uang, tapi soal jati diri dan harga diri. Kenapa Perseman dan kompetisinya bisa berjaya pada jaman sebelum Otsus yang uangnya kurang, justru terjadi sebaliknya pada jaman Otsus yang melimpah dengan uang? Mari kitong pikir sama-sama, Salam! (Abe Yomo)
Comments
Post a Comment