Tak ada yang menduga ketika seorang penggembala sapi bahkan pembantu penjual pisang goreng dan penjual es lilin di sekolah, kini menjadi seorang Bupati? Ya, dialah Hermus Indou, yang saat ini menjadi Bupati Kabupaten Manokwari periode 2021-2024. “Saat masih kecil dulu, saya menjadi penggembala sapi, juga menjadi tukang pegang termos air panas dari penjual pisang goreng yang menjual es lilin di SMP Negeri Warmare,” cerita Bupati Manokwari, Hermus Indou tentang masa kecilnya. Tak hanya itu, ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Manokwari, Hermus Indou menjadi pesuruh dari teman-teman sekolahnya untuk membeli sesuatu di luar sekolah. “Saya biasa disuruh teman-teman untuk beli pisang goreng. Setelah beli pisang goreng itu, saya juga dapat jatah, sehingga bisa makan pisang goreng juga,” kenangnya. Hal ini dilakukan Hermus Indou muda, agar dirinya tidak kelaparan di sekolah. Karena pada masa itu, adalah masa-masa yang sangat sulit baginya untuk mendapatkan ua...
Anak-anak mendayung di sungai Nadofuai |
Meskipun sekolah di Kampung Nadofuai sudah berjalan normal, namun para orangtua masih mengeluh soal keberadaan guru-guru di Kampung itu. Selain minimnya guru tetap, ada pula guru yang meninggalkan tempat tugas hingga berbulan-bulan.
Laporan : Alberth Yomo
Kampung Nadofuai, memiliki gedung sekolah dasar dengan tiga ruang kelas, sementara SMP satu atap memiliki dua ruang kelas. Sekolah ini dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya, dengan harapan, agar anak-anak di Kampung Nadofuai ini bisa mendapatkan pendidikan dengan baik dan mampu mengikuti jenjang pendidikan secara normal, tanpa putus sekolah.
Kepala Sekolah SD Negeri Inpres Nadofuai,Yohan Nussy,SPd mengakui, jika lambatnya pembangunan manusia di Nadofuai lebih disebabkan karena intensitas perpindahan penduduk yang sering terjadi hingga tahun 2006. Akibat sering berpindah-pindah tempat pemukiman masyarakat, dampaknya dirasakan oleh anak-anak dan para guru yang ditugaskan di kampung ini.
“ Sebenarnya anak-anak di sini cerdas, dan mereka sebenarnya memiliki kesempatan yang besar untuk menempuh pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Tetapi akibat dari pemukiman yang tidak menetap dan terus berpindah dalam waktu yang relatif singkat, akhinya membuat guru-guru tidak senang untuk mengajar, sehingga anak-anakpun menjadi korban,” jelas Yohan Nussy.
Pria yang sudah mengabdi selama 27 tahun menjadi guru SD di wilayah ini menuturkan pula, bahwa perpindahan pemukiman masyarakat terjadi karena persoalan akses terhadap mata pencaharian dan kondisi kampung yang sering terbenam jika terjadi banjir.” Udang dan ikan yang menjadi mata pencaharian utama utama di kampung ini ada di pantai, sementara rumah yang dibangun berada di hulu sungai Nadofuai yang ditempuh dengan motor tempel kurang lebih 3-4 jam, karena itu, masyarakat memilih untuk memindahkan pemukiman dari hulu sungai ke hilir sungai,” tandasnya.
Nussy juga mengakui, kalau perubahan besar yang terjadi di Kampung Nadofuai lebih disebabkan oleh adanya pemekaran Kabupaten Mamberamo Raya dan pemberian Dana PNPM Mandiri Respek dari Pusat dan Provinsi kepada masyarakat di kampung, sehingga sekarang, hampir seluruh kepala keluarga sudah memiliki perahu dan motor tempel untuk membantu mereka melaut menangkap ikan dan udang.
Yonas Nussy memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pemerintah Kabupaten Mamberamo Raya dan Pemerintah Provinsi Papua, karena selama 27 tahun menjadi guru, ia baru melihat pembangunan fisik yang luar biasa bagi masyarakat kampung. Bukan hanya jembatan dan rabat jalan, tetapi juga rumah sehat untuk masyarakat.
Hanya saja Yonas meminta agar Pemerintah juga serius terhadap masalah pendidikan, baik sarana prasarananya, maupun ketersediaan guru-guru.” Guru ini masih sangat kurang, kita butuh guru lebih banyak lagi untuk membangun pendidikan di kampung-kampung, karena itu, guru harus mendapat prioritas tertinggi, jika ingin kampung mau maju,” tandasnya.
Jika ada guru yang lalai menjalankan tugas, menurut Yonas, hal itu perlu ditinjau bersama-sama, apakah kelalaian itu karena tidak pernah menerima gaji, tidak pernah diperhatikan atau karena pribadi guru tersebut yang tidak cocok dengan kondisi kampung.
“ Seharusnya ini diperhatikan dengan baik, bukan membiarkan, karena kalau suatu persoalan cepat diselesaikan, akan memberi dampak kepada hal lainnya. Tetapi jika persoalan pendidikan soal gaji guru, tunjangan dan lain sebagainya dihambat, ini yang menyebabkan guru-guru tidak betah dan keluar dari kampung,” ungkapnya.
Yonas berharap, agar generasi yang akan muncul dari Kampung Nadofuai untuk 10-20 tahun ke depan adalah generasi emas dari Kampung Nadofuai, artinya mereka yang bisa sekolah dengan baik hingga memperoleh gelar Sarjana, bekerja dan menjadi orang-orang yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara.( bersambung )
Comments
Post a Comment